Saturday, May 25, 2013

Kisah Umar bin Khattab dan Seekor Burung


Pada saat Umar bin Khattab berjalan santai di pinggiran kota Madinah, ia melihat seorang anak kecil yang menggenggam seekor burung di tangannya. Anak kecil itu memainkan burung tersebut tanpa rasa kasihan. Dan burung itu terlihat tersiksa dan teraniaya akibat dimainkan oleh anak kecil tersebut.
Melihat apa yang telah dilakukan oleh anak kecil tersebut terhadap burung itu, Umar merasa kasihan dengan burung tersebut. Umar tidak mampu melihat burung itu tersiksa. Sehingga kemudian Umar membeli burung tersebut dari anak kecil itu dan melepaskannya. Terlepaslah burung itu dalam alam yang bebas.

Begitu mulianya sifat Umar bin Khattab, ia tidak hanya menyangi manusia, tetapi juga menyayangi makhluk hidup. Maka ketika Umar wafat, Jumhur Ulama bertemu Umar dalam mimpi. Kemudian para ulama tersebut bertanya kepada Umar. “Wahai Umar, Apa yang telah Allah perbuat kepada engkau?” Umar menjawab, “Sungguh Allah telah mengampuniku”.
Kemudian mereka bertanya, “Apakah engkau diampuni Allah karena kebaikanmu, sifat adilmu, atau sifat zuhudmu?” Umar menjawab, “Ketika mereka meletakkanku di dalam kubur, menutupku dengan tanah dan meninggalkanku, maka datang dua orang malaikat yang sangat menakutkan. Seketika itu hilang akalku, serasa lepas tulang-tulangku dari persendiannya dan mereka memegangku, kemudian mendudukkanku. Kemudian kedua malaikat tersebut ingin menanyaiku, namun belum sempat mereka bertanya, aku mendengar suara (panggilan) dari langit, “Tinggalkan oleh kalian (dua malaikat) hambaku dan janganlah kalian menakutinya, karena sesungguhnya Aku menyayangi dan mengampuninya”. Aku menyayanginya karena ia menyayangi seekor burung waktu di dunia, dan aku menyayanginya di akhirat sebagai balasan atas kebaikannya.
Dari cerita di atas dapat kita ambil sebuah hikmah (pelajaran) agar kita saling menyayangi sesama makhluk hidup, baik itu manusia, binatang, tumbuhan dan lain sebagainya. Karena orang yang menyayangi apa yang ada di bumi, maka Allah akan menyayangi kita di akhirat kelak. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Saling menyanglah kalian, niscaya Alla yang Maha Rahman akan menyayangimu. Sayangilah oleh kalian akan apa yang ada di bumi, maka kamu akan disayangi oleh makhluk yang ada di langit” (HR Abdullah bin Umar).
Semoga cerita ini bermanfaat untuk kita, dan semoga cerita ini menjadi inspirasi bagi kita agar senantiasa saling menyangi dalam hidup ini, baik itu hubungan baik kepada manusia, binatang dan hubungan baik dengan alam. Semoga Allah selalu memberikan hidayah kepada kita agar senantiasa berbuat baik, dan mendapat kebaikan pula di akhirat kelak….. Wallahu A’lam

Sumber : Here

Detik-Detik Terakhir Rasulullah Muhammad SAW


muhammadDalam Sahih Muslm, ada sebuah hadits yang sangat terkenal yang diceritakan oleh Ibn Abbas. Hadits itu berbunyi:
“Tiga hari sebelum Rasulullah meninggal, Umar bin Khattab dan para sahabat lainnya berdiri di samping tubuh Rasulullah yang terbaring. Rasulullah bersabda, ‘Sekaran aku akan tuliskan bagi kalian sehingga kalian tidak akan tersesat setelahku.’ Umar bin Khattab menimpali, ‘Rasulullah telah dikuasai oleh penyakitnya; kalian sudah memiliki Qur’an, Kitabullah. Itu cukup bagi kita semua.’ Pernyataan Umar mengundang kemarahan dari semua orang yang hadir. Beberapa mengatakan bahwa perintah Rasulullah itu harus segera dipatuhi supaya ia bisa menuliskan apa yang ingin ia tuliskan untuk menuntun umat semua. Sedangkan sebagian lain sepakat dengan Umar. Ketika ketegangan sudah memuncak, Rasulullah berkata dengan marah, ‘Pergilah kalian semua dariku!’

Seandainya Umar bin Khattab mau bersabar dan tidak mencegah Rasulullah menuliskan surat wasiatnya, maka umat Muhammad tidak akan mungkin berpecah belah selamanya. Mereka akan berpedoman pada selembar tulisan dari Muhammad al-Mustafa itu yang akan menjadi pemersatu umat Muslim sedunia.


Oleh karena itu, Ibn Abbas seringkali berkata setelah kejadian itu: “Malang sekali, sungguh malang sekali. Kejadian dulu itu dimana pertentangan dan keributan terjadi, telah membuat Rasulullah murka dan tidak jadi menuliskan wasiatnya dan oleh karena itu, Rasulullah tidak meninggalkan apa yang ia ingin tuliskan dalam selembar kertas.”
 
Riwayat dari Sa’id Ibn Jubayr dituliskan dalam Sahih Bukhari. Ia meriwayatkan sebagai berikut:
Ibnu Abbas pernah berkata, “Duhai hari Kamis, malang nian hari Kamis!,” kemudian Ibnu Abbas menangis dengan keras sehingga bebatuan kecil yang ada di sekitar dirinya basah karena tangisannya. Kemudian ia melanjutkan, “Ketika itu hari Kamis. Penyakit Rasulullah sedang menghebat, kemudian ia berkata, ‘Bawakan untukku kertas dan pena supaya aku bisa menuliskan sesuatu yang dengannya kalian tidak akan lagi tersesat sepeninggalku.’ Orang-orang mulai ribut dan bertengkar satu sama lainnya dan mereka melakukan hal itu di depan Rasulullah yang masih hidup bersama mereka. Seseorang mengatakan bahwa Rasulullah telah meracau. Rasulullah berteriak akhirnya, ‘Pergilah kalian semua dariku! Aku lebih berakal daripada kalian semua.
Diriwayatkan dalam kitab Raudatul-ahbab bahwa Rasulullah telah berkata kepada Fathimah, “Bawalah kedua anakmu kepadaku.” Kemudian Fathimah membawa Hasan dan Husein ke hadapan Rasulullah. Keduanya kemudian memberi salam kepada Rasulullah, kemudian duduk di tepi pembaringannya dan kemudian menangis ketika melihat kakeknya sedang menderita seperti itu. Keduanya menangis pilu sehingga orang-orang yang hadir di situ ikut menangis keras. Hasan meletakkan wajahnya di wajah Rasulullah, sedangkan adiknya, Husein, meletakkan wajahnya di dada Rasulullah. Rasulullah membuka matanya, kemudian ia menciumi kedua cucunya itu dengan penuh kasih sayang. Itu juga sekaligus untuk memberikan orang-orang pelajaran bahwa mereka harus mencintai dan menghormati kedua cucunya itu. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa para sahabat yang kebetulan hadir di sana pada saat itu, demi melihat Hasan dan Husein menangis mereka juga ikut menangis keras. Di tengah-tengah suasan haru itu Rasulullah berseru, “Panggilah saudaraku Ali dan bawalah kepadaku.”. ‘Ali datang dan berdiri di sisi pembaringan sambil memegang kepala Rasulullah. Ali kemudian mengangkat kepala Rasulullah dan meletakkannya di pangkuannya. Rasulullah berkata:
Ya, Ali! Aku telah meminjam sejumlah uang dari seorang Yahudi untuk keperluan tentara ekspedisi Usamah. Tolonglah bayarkan hutangku itu. Dan, Ali. Engkau akan menjadi orang pertama yang akan menemuiku di mata air al-Kautsar. Engkau juga akan mendapatkan banyak sekali masalah sepeninggalku. Engkau harus bersabar menghadapinya dan apabila engkau lihat orang-orang lebih mencintai dunia, maka engkau harus lebih memilih akhirat.
Yang berikut ini diambil dari Khasa’is dari Nasa’i dari Ummu Salamah:
Demi Allah, orang yang paling dekat dengan Rasulullah ketika Rasulullah meninggal itu adalah Ali. Pada pagi hari ketika Rasulullah hendak meninggal. Rasulullah memanggil Ali yang sedang disuruh untuk melakukan sebuah tugas. Rasulullah memanggil-manggil Ali sebanyak tiga kali sebelum akhirnya Ali datang. Ali datang sebelum matahari terbit. Karena kami tahu Rasulullah ingin meluangkan waktunya sendirian bersama Ali, maka akhirnya kami membiarkan mereka berdua. Aku yang terakhir keluar; oleh karena itu aku berdiri dekat sekali ke pintu kamar—lebih dekat daripada para wanita yang lain. Aku melihat Ali mendekatkan kepalanya kepada Rasulullah dan Rasulullah tampaknya membisikkan sesuatu ke telinganya selama beberapa saat lamanya. Oleh karena itu, Ali adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah disaat-saat kematiannya.”

Al-Hakim memberikan catatan dalam kitab Mustadrak-nya:
“Rasulullah terus menerus menaruh kepercayaan kepada Ali hingga ajal menjemputnya. Dan Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir di dekat Ali.”

Ibn al-Wardi menyatakan bahwa orang-orang yang memandikan jenazah Rasulullah ialah:
“Ali, Abbas, Fadl Qutham, Usamah, dan Shaqran. Abbas, Fadhl dan Qutham membolak-balikkan jenazah Rasulullah. Usamah dan Shaqran menyirami tubuh Rasulullah dengan air, dan Ali yang membersihkan jenazah Rasulullah.”

Dalam Tarikh al-Khamis ada tambahannya:
“Abbas, Fadhl, dan Qutham membolak-balik jenazah Nabi sementara Usamah dan Shaqran yang menyiramkan airnya. Semuanya matanya ditutup kain.”
 
Ibn Sa’d menceritakan kejadian ini dalam kitab Tabaqat-nya:
“Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah melarang siapapun memandikan jenazahnya kecuali Ali sendiri dan apabila orang lain yang melakukannya maka kedua matanya akan buta.”
 
Sementara itu ‘Abdul Barr dalam kitabnya Al-Isti’ab, mengutip dari Abdullah bin Abbas yang berkata: “Ali memiliki empat keutamaan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang lain. Keutamaannya itu ialah:
  • Diantara semua orang Arab dan non-Arab (‘Ajam), Ali adalah orang yang pertama kali shalat bersama Rasulullah
  • Di dalam semua peperangan yang ia ikuti, Ali pastilah menjadi pemegang panji (bendera perang) di tangannya
  • Ketika semua orang kabur dari peperangan meninggalkan Rasulullah sendirian, Ali bin Abi Thalib tetap berada di samping Rasulullah tak bergeming
  • Ali adalah satu-satunya manusia yang memandikan jenazah Rasulullah dan memasukkan jenazahnya ke liang lahat.”
Baik Abul-Fida’ maupun Ibn al-Wardi menunjukkan bahwa Rasulullah itu meninggal pada hari Senin dan kemudian dikebumikan keesokan harinya yaitu pada hari Selasa. Akan tetapi di dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah itu dikebumikan pada malam hari antara malam Selasa dan Rabu. Ini mungkin kelihatannya lebih faktual mendekati sumber yang disebutkan pertama. Akan tetapi ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa Rasulullah tidak dikebumikan hingga 3 hari setelah hari meninggalnya.

Dalam kitab Tarikh-al-Khamis, disebutkan bahwa Muhammad ibn Ishaq mengatakan sebagai berikut:
Rasulullah itu meninggal pada hari Senin dan kemudian dikebumikan pada malam hari Rabu
 
Sedangkan mengenai usianya ketika Rasulullah meninggal, Abul-Fida’ menuliskan:
Ada perbedaan pendapat mengenai usia Rasulullah ketika ia meninggal dunia. Akan tetapi apabila kita menghitungnya dengan menggunakan hadits-hadits yang terkenal, maka kemungkinan Rasulullah itu hidup hingga usia 63 tahun

Rasulullah meninggal pada tanggal 28 Safar tahun 11H. Dengan itu kehidupan dari Nabi terakhir itu berakhir di dunia ini.
Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Al-Ahzab: 45—46)
 
Rasulullah telah meninggalkan dunia fana ini akan tetapi pesan-pesan yang ia bawa untuk umat manusia tetap abadi bersama kita.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maa’idah: 16)

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

“…………... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”(QS.  Al-Hasyr: 7)

Source : Here

Detik-Detik Umar Bin Khattab Masuk Islam


Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S. 2:137)

 Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.(Al Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (Q.S. 4:174-175)
Dari Jubair bin Nuth’im r.a. berkata : Rasulullah saw. pernah bersabda : “Hendaklah kamu sekalian bergembira, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini ujungnya (ada) di tangan Allah dan ujungnya yang lain di tangan kamu sekalian; maka dari itu hendaklah kamu berpegang teguh kepadanya, maka sungguh kamu tidak akan binasa dan tidak pula akan sesat selama-lamanya.” (Riwayat at-Thabrani)
Umar bin Khatthab adalah salah seorang sahabat terdekat Rasulullah saw. dan termasukkhulafaurasyidin. Ia merupakan pribadi yang dibekali tabiat yang peka dan kuat. Bila ia mengambil pendirian maka akan ia pegang hingga mencapai akhir. Semenjak belum mengenal Islam-pun, sifat dan tabiatnya sudah seperti itu. Dalam sebuah riwayat yang menceritakan bagaimana akhirnya Umar dapat tunduk terhadap ayat suci Al-Qur’an:
Pada suatu hari, Umar keluar dengan pedang terhunus dan melangkahkan kakinya ke rumah Arqam, tempat Rasulullah saw. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdillah. Nu’aim bertanya kepada Umar “Hendak ke mana hai Umar?”
“Mencari si murtad itu” jawab Umar, “yang telah memecah belah kesatuan negeri Quraisy serta mempersetankan cendekiawannya, menghina agamanya dan mencaci maki tuhan-tuhannya. Akan saya tamatkan riwayatnya!”
Umar merasa saat itu dirinyalah yang paling benar, bahkan sangat bencinya kepada Muhammad dan mengatakan bahwa Muhammad dan pengikutnya telah murtad dari agama kaumnya. Hingga kesabaran Umar habis dan dikejarnya Muhammad. Kemudian apa yang terjadi setelah itu? Ketika diketahuinya dari Nu’aim bahwa adiknya pun telah menjadi pengikut Muhammad, maka langkah kakinya kini diarahkan ke rumah adiknya itu. Dengan amarah yang menyala-nyala Umar pun sampai di sana. Akan tetapi ayat-ayat Allah mampu menundukkan Umar bin Khatthab. Ia pun akhirnya menjadi pembela Islam yang paling unggul.
Inilah gambaran bahwa petunjuk Allah datang dalam kondisi yang beragam. Ia dapat turun ke dalam berbagai macam komunitas dan kalangan. Bahkan terhadap orang yang teramat memusuhi petunjuk itu sekalipun. Kisah Umar di atas merupakan gambaran bahwa seorang manusia pun tidak lantas dengan mudah menilai manusia lainnya sebelum jelas bukti kebenarannya. Umar melakukan yang demikian itu pun karena Rasulullah saw. pun pernah mengatakan “Apakah kamu bisa membelah isi hati manusia?”.
Bagi seorang Umar bin Khatthab, rupa lahir yang tampak sekilas pandang tidaklah cukup untuk mengadakan penilaian terhadap orang lain. Pernah didengarnya seseorang menyanjung orang lain dengan ucapan:
“Ia seorang yang lurus”.
Maka ditanya oleh Umar:
“Pernahkah suatu hari kamu mengadakan perjalanan bersamanya?”
“Tidak”, jawabnya
“Ataukah pernah kamu suatu kali bermusuhan dengannya?”
“Tidak”
“Kalau begitu tidak ada pengetahuanmu mengenai orang itu; mungkin kamu melihatnya sedang shalat di masjid!”
Beginilah Umar mencontohkan bagaimana kita sebaiknya membuat pandangan dan penilaian terhadap orang lain yang belum kita kenal sepenuhnya. Apalagi kondisi zaman sekarang yang serba tidak menentu. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: saya pernah Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut pengetahuan agama sesudah Ia memberikan kepada mereka dengan sekali cabut, tetapi Dia mencabutnya dari mereka itu beserta kematian orang-orang yang berpengetahuan agama dengan pengetahuan mereka, lalu tinggallah orang-orang yang bodoh, mereka meminta fatwa, lalu mereka memberikan fatwa dengan pikiran mereka, maka mereka sama sesat dan menyesatkan.” (Riwayat Bukhari)
Di riwayat yang lain: “Sehingga tidak ada lagi orang yang mengerti tentang urusan agama, segenap manusia mengangkat ketua orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya, lantas memberi fatwa dengan tidak ada pengetahuan, maka sesatlah mereka dan menyesatkan.”
Berabad jaraknya antara hari ini dan zaman Rasulullah saw. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan akan datang suatu zaman kekacauan yang digambarkan dalam hadits di atas. Lantas bagaimana caranya agar kita tetap bertahan dalam nilai kebenaran dan nilai petunjuk?
Petunjuk Nabi saw. adalah sebaik-baik petunjuk, seperti dikatakan oleh Umar ibnul Khaththab r.a., “Keduanya (Al-Qur’an dan sunnah) adalah kalam dan petunjuk, sebaik-baik kalam adalah kalam Allah SWT dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw..“
Umar mengutip redaksi ini dari sabda Rasulullah saw. yang diucapkan oleh beliau dalam khotbahnya, “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah Kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perbuatan bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”
Inilah yang dapat dilakukan oleh kita selaku umat Islam, yaitu dengan tetap berpegang teguh kepada apa yang telah disabdakan Nabi saw. seperti yang tertera dalam keterangan di atas. Ditambah lagi, kondisi umat Islam yang hari ini semakin kritis, maka sangatlah diperlukan hadirnya sebuah “petunjuk” yang betul-betul dapat menyelamatkan nasib umat Islam dunia.
Hadirnya petunjuk Allah dapat mengubah seorang Umar hingga ia jadi pembela Islam yang tangguh. Mudah-mudahan pula citra petunjuk itu dapat kita gali dan maknai, agar umat Islam mendapatkan kembali tempat kejayaannya di mata dunia. Manusia akan mencapai puncak peradabannya, menjadi umat yang satu manakala mereka kembali kepada petunjuk Allah yang hakiki, Al-Qur’an. Itulah jalan yang lurus yang dikehendaki oleh Allah.
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. 2:213)

Kesedihan Para Sahabat Saat Rasulullah Wafat

Umar bin Khaththab r.a adalah sahabat Rasulullah saw yang memiliki semangat keberanian, keperkasaan, dan kehebatan yang tinggi. Bahkan hingga kini, walaupun setelah 15 abad berlalu, keperkasaanya masih tetap terkenal. Setelah memeluk islam, dia sudah tidak sabar lagi untuk segara mengumumkan ke-islamannya kepada khalayak ramai.

Walaupun Umar r.a mempunyai keberanian yang tinggi, namun ia tidak dapat menahan kesedihannya ketika Rasulullah saw wafat. Dengan rasa sedih dan gemetar, dia berdiri dan mengacungkan pedangnya sambil berteriak, “Barangsiapa mengatakan Rasulullah saw telah wafat, akan aku penggal lehernya. Rasulullah saw hanya pergi menjumpai Tuhannya seperti Nabi Musa a.s pergi ke gunung Thursina untuk menemui Tuhannya. Sebentar lagi beliau akan kembali. Barangsiapa menyebarkan berita bohong ini, maka akan kupotong tangan dan kakinya!”
Sedangkan ketika itu wajah Utsman bin Affan r.a demikian pucat hingga dia tidak dapat berbicara sampai hari kedua. Dengan mulut membisu, dia berjalan kesana ke mari. Begitu pula Ali bin Thalib r.a ia hanya berdiam diri tanpa bergerak sedikitpun. Hanya Abu Bakar Shiddiq r.a yang mampu bertahan. Dia tetap tegar bagaikan gunung. Padahal dia sangat mencintai Rasulullah saw sebagai mana kita ketahui kisah-kisah yang lalu. Dia mencium kening Rasulullah saw lalu keluar dari kamar Rasulullah saw dan berkata kepada Umar r.a, “Duduklah.” Kemudian Abu Bakar r.a berkhutbah, “Barangsiapa yang menyembah Muhammad saw maka ketahuilah, beliau sudah meninggal, dan barangsiapa yang menyembah Allah swt, maka sesungguhnya Dia itu hidup kekal abadi.”Selanjutnya dia membaca ayat al-Qur'an yang berbunyi:
“Dan tidaklah Muhammad itu kecuali hanya seorang Rasul yang sudah ada beberapa orang rasul sebelumnya. Apakah jika dia mati atau dibunuh kamu akan kembali menjadi kafir? Barang siapa menjadi Kafir, dia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Dan Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(Qs.Ali Imran ayat 144)

Hikmah dari kisah di atas:
Abu Bakar r.a mampu mengendalikan emosinya seperti itu, maka sudah sepantasnya lah Allah swt menjadikannya sebagai Khalifah kaum muslimin. Abu Bakar r.a juga menguasai ilmu tentang syari'at islam dan hukum waris. Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin berselisih, apakah Nabi saw akan dimakamkan di Makkah, di Madinah ataukah di masjidil Aqsha. Maka Abu Bakar r.a berkata bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tempat dimakamkannya seorang Nabi adalah tempat ketika dia meninggal dunia.” Abu Bakar r.a berkata, “Saya dengar Rasulullah saw bersabda, “Seorang Nabi tidak memiliki ahli waris, jadi semua harta yang dimilikinya adalah sedekah.” Dia pun mendengar Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menjadi pemimpin suatu pemerintahan, tetapi tidak memperhatikan bawahannya ketika menyerahkan tugasnya kepada bawahannya itu,maka Allah swt akan melaknatnya.” Sabda Nabi saw yang lain, “Orang-Orang Quraisy berhak atas urusan ini yaitu pemerintahan.” Selain hadits-hadits di atas,masih banyak hadits-hadits yang lainnya yang diketahui oleh Abu Bakar r.a (Sumber Himpunan Kitab Fadhail Amal Hal : 782)

Keutamaan Surah Al-Kahfi

Surat Al-Kahfi merupakan salah satu surat Al-Quran Al-Karim yang mempunyai keagungan dan keutamaan dibanding beberapa surat yang lain.
Akan tetapi tidak sedikit dari kaum muslimin yang belum mengetahui keagungan dan keutamaannya, sehingga sebagian mereka jarang atau bahkan hampir tidak pernah membaca dan menghafalnya.
Terlebih khusus pada hari dan malam Jumat. Mereka lebih suka dan antusias membaca surat Yasin yang dikhususkan pada malam Jumat dengan harapan mendapatkan keutamaannya. Namun sayangnya, semua hadits yang menerangkan keutamaan surat Yasin tidak ada yang Shohih datangnya dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Demikianlah keadaan umat Islam. Tidaklah mereka bersemangat mengamalkan hadits-hadits lemah dan palsu serta tidak jelas asal-usulnya, kecuali sebanyak itu pula mereka meninggalkan amalan-amalan sunnah yang dijelaskan di dalam-hadits-hadits shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Adapun keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi, maka akan didapatkan oleh setiap muslim dan muslimah yang membacanya dengan niat ikhlas demi mengharap wajah dan ridho Allah, mengimani dan menghayati makna-maknanya serta berusaha mengamalkan hukum dan pelajaran yang terkandung di dalamnya sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Berikut ini kami akan sebutkan hadits-hadits shohih tentang keutamaan surat Al-Kahfi.
Hadits Pertama
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ »
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka Allah akan menyinarinya dengan cahaya di antara dua Jum’at.”
[Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrok II/399 no.3392, dan Al-Baihaqi di dalam Sunannya III/249 dengan no.5792]
Derajat Hadits : Hadits ini derajatnya Shohih.
Al-Hakim berkata: “Isnad Hadits ini shohih, akan tetapi imam Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”.
Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Shohih Al-Jami’ no. 6470, dan Shohih At-Targhib wa At-Tarhib I/180 no.736).
Hadits Kedua
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ » وفي رواية ـ من آخر سورة الكهف ـ
Dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, niscaya dia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “(sepuluh ayat terakhir) dari surat Al-Kahfi.”
[Diriwayatkan oleh Muslim I/555 no.809, Ahmad V/196 no.21760, Ibnu Hibban III/366 no.786, Al-Hakim II/399 no.3391, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman V/453 no.2344]
Derajat Hadits : Hadits ini derajatnya Shohih.
Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582).
Dan di dalam hadits lain dijelaskan maksud daripada perlindungan dan penjagaan dari fitnah Dajjal ialah sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ [ فَإِنَّهَا جِوَارُكُمْ مِنْ فِتْنَتِهِ
“…maka barangsiapa di antara kalian yang menjumpai Dajjal, hendaknya ia membacakan di hadapannya ayat-ayat pertama surat Al-Kahfi, karena ayat-ayat tersebut (berfungsi) sebagai penjaga kalian dari fitnahnya.”
[Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shohihnya bab Dzikru Dajjal, IV/2250 no.2937, dan Abu Daud II/520 no.4321, dari jalan Nawas bin Sam’an radhiyallahu anhu]
Hadits ini dinyatakan Shohih oleh syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582, Tahqiq Misykat Al-Mashobih III/188 no.5475, dan Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud IX/321 no.4321.
Hadits Ketiga
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من قرأ سورة الكهف كما أنزلت ، كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ، ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه ، ومن توضأ ثم قال : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، كَتَبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ»
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana diturunkannya, maka surat ini akan menjadi cahaya baginya pada hari Kiamat dari tempat tinggalnya hingga ke Mekkah. Dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terkahir dari surat Al-Kahfi lalu Dajjal keluar (datang), maka Dajjal tidak akan membahayakannya. Dan barangsiapa berwudhu lalu ia mengucapkan“subhaanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika” (Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq diibadahi selain Engkau, aku memohon ampunan dan aku bertaubat kepada-Mu), maka ia akan ditulis pada lembaran putih yang bersih, kemudian dicetak dengan alat cetak yang tidak akan robek sampai hari Kiamat.”
[Diriwayatkan oleh An-Nasa’i di dalam ‘Amal Al-Yaumi wa Al-Lailati no.81 dan 952, Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jam Al-Ausath II/123 no.1455, dan Al-Hakim I/752 no.2072 dan beliau berkata; hadits ini Shohih sesuai dengan syarat imam Muslim, akan tetapi keduanya (maksudnya imam Bukhori dan Muslim) tidak mengeluarkannya di dalam kitab Shohih keduanya]
Derajat Hadits : Hadits ini derajatnya Shohih.
Syaikh Al-Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah VI/312 no.2651)
Demikianlah beberapa hadits shohih tentang keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi. Mudah-mudahan kita semua diberi kemudahan oleh Allah untuk dapat mengamalkannya dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Sumber : disini

Tuesday, May 21, 2013

Keajaiban Berwudhu


SUNGGUH berbahagia orang yang selalu mendawamkan wudhu dalam hari-harinya. Dia senantiasa ada dalam keadaan suci dalam menjalani hari, baik siang maupun malamnya. Allah Ta’ala berfirman: “Hai sekalian orang yang beriman! Jikalau engkau semua berdiri hendak bersembahyang, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah kepala dan basuhlah kakimu sampai ke matakaki … Allah tidak menghendaki untuk membuat kesempitan (kesukaran) atasmu semua, tetapi hendak menyucikan engkau semua dan menyempurnakan karunianya kepadamu semua, supaya engkau semua bersyukur.” (QS. al-Maidah: 6)
Bagi para ahli wudhu, mereka berwudhu bukan hanya untuk melakukan ritual ibadah, akan tetapi semua aktivitas dan kegiatannya selalu dibarengi dalam keadaan memiliki wudhu (suci). Mereka yang ahli wudhu akan tampak dari parasnya yang bercahaya. Bukan make up yang membuat mereka memesona, melainkan basuhan air wudhu yang memberikan aura keshalehan dalam dirinya.
Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya ummatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya dari sebab bekas-bekasnya berwudhu’. Maka dari itu, barangsiapa yang dapat di antara engkau semua hendak memperpanjang (menambahkan) bercahayanya, maka baiklah ia melakukannya dengan menyempurnakan berwudhu’ itu sesempurna mungkin.” (Muttafaq ‘alaih).
Wudhu memiliki keajaiban yang luar biasa. Pahala bagi orang yang mendawamkan salah satu ibadah bersuci ini digambarkan dalam hadis berikut. Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata: “Saya mendengar kekasihku Rasulullah Saw. bersabda: “Perhiasan-perhiasan di syurga itu sampai dari tubuh seseorang mu’min, sesuai dengan anggota yang dicapai oleh wudhu yakni sampai di mana air itu menyentuh tubuhnya, sampai di situ pula perhiasan yang akan diperolehnya di syurga.” (HR. Muslim).
Wudhu dapat merontokkan kesalahan-kesalahan seorang muslim. Dari Usman bin Affan Ra., dia berkata: “Rasulullah Saw. bersabda: ‘barangsiapa yang berwudhu lalu memperbagus wudhunya (menyempurnakan sesempurna mungkin), maka keluarlah kesalahan-kesalahannya sehingga keluarnya itu sampai dari bawah kuku-kukunya.’” (HR. Muslim).
Dalam hadis lain dikatakan, dari Abu Hurairah Ra. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila seseorang hamba yang Muslim atau mu’min itu berwudhu, lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua kesalahan yang disebabkan ia melihat padanya dengan kedua matanya dan keluarnya ialah beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Jika ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalankan oleh kedua kakinya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir, sehingga akhirnya keluarlah ia dalam keadaan suci dari semua dosa.” (HR. Muslim).
Dalam sebuah redaksi hadis yang panjang, beliau bersabda: “… Sesungguhnya ummatku yang akan datang itu ialah dalam keadaan bercahaya wajahnya serta putih bersih tubuhnya dari sebab berwudhu dan saya adalah yang terlebih dulu dari mereka itu untuk datang ke telaga (haudh).” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Ra. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula menaikkan beberapa derajat?” Para sahabat menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau Saw. lalu bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi (seperti terlampau dingin dan sebagainya) banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang disebut ribath. Itulah yang disebut ribath (perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan).” (HR. Muslim)
Para ahli wudhu akan selalu berusaha menyempurnakan wudhunya. Mereka berusaha menghayati filosofi dari aktivitas wudhu yang dilakukannya. Wudhu mereka melampaui batasan fikih wudhu. Wudhu mereka sudah mencapai ke aspek kejiwaan dan hikmah tertinggi dari aktivitas membasuh sejumlah anggota wudhu. Dengan membasuh muka, mereka berharap wajah mereka terlindungi dari dosa yang dilakukan mata. Ketika membasuh tangan mereka berharap tangan mereka terjaga dari dosa yang belum dilakukan dan dibersihkan dari kekhilafan yang dilakukan di masa lalu. Saat mengusap kepala, mereka berharap agar pikiran mereka terlindungi dari pikiran-pikiran yang tidak syar’i. ketika membasuh telinga, semoga hal itu dapat menghapuskan dosa yang dilakukan oleh telinga. Dan ketika membasuh kaki, mereka berdoa agar Allah senantiasa membimbing mereka agar tetap berada di jalan yang lurus (Islam).
Begitulah keajaiban wudhu yang ritualnya hanya ada di dalam ajaran Islam. Semoga kita senantiasa menjadi ahli
wudhu sepanjang hari memelihara kesucian jiwa, pikiran, hati, lisan, dan seluruh tubuh kita. Wallahu ‘a lam.

Sumber : Islam Pos

Do'a Surah Al-Fatihah

...DOA SURAT AL-FATIHAH ...

1. Diriwayatkan dari Sayyidina Ali Ra.: “Barangsiapa yang membaca do’a surat Fatihah ini setiap hari 1 kali (dimulai pada hari minggu) maka ia pasti sampai kepada semua keinginan dunia dan akhiratnya dengan mudah, Allah Swt menaklukkan semua hati manusia untuknya, dan Allah menjauhkan dirinya dari semua musibah dan kesulitan dunia dan akhirat.”

2. Syarif al-Bukhari Ra. meriwayatkan: “Barangsiapa yang membiasakan membaca do’a surat Fatihah ini maka dia tidak akan butuh kepada seorang manusia pun dalam urusan kebutuhan dunia dan Allah membukakan pintu-pintu gaib baginya. Dan jika ia mempunyai urusan penting maka hendaklah ia membaca do’a surat Fatihah ini menyendiri, dalam keadaan suci jasmani dan pakaiannya, kemudian shalat dua rakaat, setelah salam membaca istighfar 70 kali dan shalawat 70 kali, kemudian membaca do’a surat Fatihah 70 kali maka Allah Swt. memenuhi kebutuhannya pada hari itu dan saat itu juga, Allah membukakan baginya kemenangan-kemenangan, dan Allah menjadikannya kaya raya karena kelembutan dan kedermawanan Allah Swt.”

3. Syaikhul Akbar Ra. meriwayatkan: “Barangsiapa yang membaca do’a surat Fatihah ini, setiap hari 7 kali maka ia akan menyaksikan alam gaib yang tertutup bagi makhluk, mengetahui alam malaikat dan jabarut, terputus dari alam bawah masuk ke alam abadi secara penuh dan berhasil mendapatkan keinginan dunia dan akhirat karena nikmat, emanasi (kehendak) dan kedermawanan Allah

Sumber : Syekh Haqqi Al-Nazili, Khazinah Al-Asrar, hlm. 120.

Malaikat Zabaniyah


ZABANIYAH merupakan nama malaikat yang bertugas menyiksa orang-orang di neraka dalam ajaran agama Islam. Ia digambarkan dengan memiliki sosok yang sangat garang dan sadis, tidak mengenal ampun terhadap orang yang telah masuk kedalam perut neraka. Zabaniah berjumlah 19 malaikat sebagaimana jumlah huruf Basmallah dan mereka dipimpin oleh Malaikat Maalik.


Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang ingin supaya Allah selamatkan dia dari penanganan Malaikat Zabaniyah yang berjumlah 19 orang (Malaikat penjaga Neraka), maka hendaklah membaca Bismillahirrahmanirrahim, niscaya Allah buatkan untuknya, dari setiap satu huruf itu sebuah Syurga.


Malaikat Zabaniyah mengambil ahli nerakanya dengan menggunakan tangan dan kakinya.Maka salah satu dari Malaikat Zabaniyah itu dapat mengambil 10,000 orang kafir dengan menggunakan satu tangan, dan 10,000 lagi dengan memakai tangan yang lain,dan 10,000 dengan menggunakan salah satu kakinya serta 10,000 lagi menggunakan kakinya yang lain, kemudian melemparkannya keneraka. Jadi 40,000 orang kafir itu dengan sekali ambil kerana di dalam diri Malaikat Zabaniyah memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa.


Penglihatan para malaikat itu bagaikan kilat yang menyambar, gigi mereka sepuh tanduk sapi, sedangkan bibir-bibir mereka menjulur sampai ketelapak kaki, kobaran api keluar dari mulut-mulut mereka, dan jarak antara kedua bahunya adalah sekitar perjalanan satu tahun. Allah tidak menjadikan dalam hati mereka rasa belas kasihan dan lemah lembut sebesar semut kecilpun. Salah seorang dari mereka ada yang menyelam dalam lautan api neraka selama 70 tahun tetapi api neraka itu tidak membahayakan atas dirinya, kerana cahaya dirinya itu dapat mengalahkan api neraka.


Betapa garang dan gagahnya malaikat zabaniyah sehinggakan api neraka amat takut kepada mereka.Malik merupakan ketua di neraka menunjukkan ia lebih garang daripada Zabaniyah.Ikutilah arahan Malik kepada api neraka yang amat tegas menjalankan perintah allah....

Malik: "Lemparkanlah mereka ke dalam api neraka,wahai zabaniyah".

lalu Malaikat Zabaniyah melemparkan mereka kedalam api neraka, mereka berteriak dengan mengucapkan: "Lailahaillallah." Akhirnya neraka itu mengembalikan mereka.

Malik:"Wahai api,kenapa kamu tidak membakar mereka?"

Api: "Bagaimana aku hendak membakar mereka, sedangkan mereka mengucapkan 'Lailahaillallah.

Malik:"Yang demikian itu adalah perintah Allah,maka kamu bakarlah mereka".

Akhirnya api akur dan terus membakar mereka.Api membakar mereka bermula daripada kaki hingga ke atas.Apabila api mendekati wajah mereka...

Malik: "Jangan engkau bakar wajah mereka, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersujud dengan wajahnya kepada Dzat Yang Maha Penyayang, dan janganlah engkau bakar hati mereka, kerana hati itu adalah tempat tauhid, ma'rifat dan iman,akan tetapi mereka tetap tinggal di neraka."

ITULAH BALASAN ALLAH YANG PERLU KITA TAKUTKAN,
(TINDAKAN ZABANIYAH TERHADAP AHLI NERAKA)....

Saturday, May 11, 2013

Telaga Nabi Muhammad SAW di Padang Mashyar


Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.

Kaum muslimin rahimakumullah, salah satu perkara yang wajib kita imani berkaitan dengan kejadian di akherat adalah adanya telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala memberikan telaga kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kemuliaan dan karunia yang besar untuk beliau. Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terletak di padang Mahsyar dan airnya berasal dari sungai Al-Kautsar yang ada di Surga.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba Beliau mengantuk sekejap. Kemudian Beliau mengangkat kepala sambil tersenyum. Maka kamipun bertanya, “Apa yang membuat Anda tertawa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Baru saja diturunkan kepadaku sebuah surat.” Lalu Beliau membaca:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar. Maka dirikanlah sholat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Katsar: 1-3).

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Apakah kalian tahu apakah Al-Kautsar itu?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Al-Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabb-ku ‘Azza wa Jalla untukku. Di sana, terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah (sumber air) telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat. Jumlah gayungnya sebanyak bintang-bintang.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 400).

Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah ada saat ini dan di hari Kiamat kelak, telaga ini akan didatangi oleh umat beliau yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni orang yang memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah Ta’ala semata dan mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umat beliau akan datang untuk meminum airnya dan mengambil manfaat darinya. Adapun orang-orang yang beramal di dunia namun ia berpaling dan menyimpang dari ajaran beliau, maka akan diusir dari telaga ini ketika mendekatinya.

Ciri-Ciri Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menceritakan keindahan telaga yang telah Allah karuniakan kepada beliau. Berikut ini adalah ciri-ciri telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan aromanya lebih harum dibandingkan minyak kesturi. Inilah warna, rasa dan aroma airnya. Lalu, berapa banyak jumlah gayung dan gelasnya? Jumlahnya sebanyak bintang-bintang di langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan. Airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada minyak kesturi, bejananya sebanyak bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya, ia tidak akan haus lagi selamanya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6093 dan Muslim, no. 4294).

Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di Padang Mahsyar dan airnya bersumber dari sungai al-Kautsar di Surga. Air dari sungai Al-Kautsar dialirkan ke telaga melalui dua pancuran sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dialirkan pada telaga itu dua saluran air yang (bersumber) dari (sungai al-Kautsar) di Surga…” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 4255, dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu)

Adapun besar dan luasnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan…” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6093 dan Muslim, no. 4294).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya telagaku itu lebih panjang dari jarak antara Aylah (sebuah kota di teluk ‘Aqobah, Yordania) dan ‘Adan (kota Yaman). Sungguh telagaku itu lebih putih dari salju, lebih manis dari madu dicampur susu, serta bejana-bejananya lebih banyak dari bintang-bintang. Aku sungguh akan menjaganya dari orang lain (selain umatku), sebagaimana seseorang menjaga telaganya dari unta orang lain.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pada hari itu Anda mengenali kami?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya. Kalian punya tanda yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari umat lain. Kalian datang kepadaku dengan dahi dan kaki bercahaya putih karena wudhu.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 364)

Apakah Nabi Yang Lain Memiliki Telaga?
Setiap Nabi ‘alaihimush sholatu was salam memiliki telaga, namun telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah telaga yang paling besar, paling mulia, dan paling indah. Masing-masing telaga Nabi akan didatangi oleh umatnya yang beriman dan berpegang teguh pada ajaran Nabi mereka. Mereka akan datang untuk meminum airnya dan mengambil manfaat darinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai al-haudh (telaga) dan mereka saling berbangga diri, siapa di antara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya). Dan sungguh aku berharap, akulah yang paling banyak pengikutnya.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmidzi, no. 2443. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam ash-Shohiihah, no. 1589 dan al-Misykah, no. 5594).

Kapankah Manusia Mendatangi Telaga Yang Mulia Ini?
Ada perbedaan pendapat di antara para ulama kita tentang kapan orang-orang yang beriman mendatangi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada yang berpendapat bahwa mereka mendatanginya sebelum melintasi shirot, karena telaga ini terletak sebelum shirot (jembatan). Dan sebagian lagi berpendapat setelah melintasi shirot.

Al-Ghozali dan al-Qurthubi berpendapat bahwa telaga ini berada di padang Mahsyar di hari Kiamat, sebelum menyeberangi shirot. (At-Tadzkiroh, hal. 302).

Adapun al-Bukhari rahimahullah, beliau berpendapat bahwa telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada setelah shirot. Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat al-Qurthubi bahwa telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada sebelum shirot. (Fat-hul Bari’, XI/466)

Jadi, berdasarkan pendapat yang lebih kuat, kaum muslimin mendatangi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum melintasi shirot. Wallohu Ta’ala a’lam.

Orang-Orang Yang Diusir Dari Telaga
Kaum muslimin rahimakumullah, sesungguhnya ada sebagian umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diusir ketika mendatangi telaga yang mulia ini. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar mengenali mereka dari bekas wudhu mereka ketika di dunia. Siapakah mereka? Dan mengapa mereka diusir dari telaga? Semoga kita tidak termasuk dari mereka.

Pertama, orang orang yang membuat ajaran baru dalam Islam, yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula orang yang berpaling dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga akan diusir dari telaga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Aku adalah pendahulu kalian menuju telaga. Siapa saja yang melewatinya, pasti akan meminumnya. Dan barangsiapa meminumnya, niscaya tidak akan haus selamanya. Nanti akan lewat beberapa orang yang melewati diriku, aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku, namun mereka terhalangi menemui diriku.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6528 dan Muslim, no. 4243)

Dalam redaksi yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku berkata: “Mereka termasuk umatku!” Namun muncul jawaban: “Engkau tidak mengetahui perkara yang mereka ada-adakan (dalam agama ini) sepeninggalmu.” Akupun berkata: “Menjauhlah, menjauhlah, bagi orang yang mengubah (ajaran agama) setelahku.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6097)

Kedua, orang yang membantu kezholiman penguasa.
Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Akan ada sepeninggalku para penguasa yang berdusta lagi zholim. Siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu mereka dalam kezholimannya, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Dan dia tidak akan (diijinkan) datang ke telagaku. Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan dan tidak membantu kezholiman mereka, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya, serta dia akan datang ke telagaku.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, V/384. Al-Albani mengatakan dalam kitabnya, Zhilalil Jannah, no. 759, bahwa sanadnya bagus).

***
Muroja’ah(sumber): Ust. Aris Munandar, S.S., M.Ag.

Hikmah Di Balik Perintah


~*Penyakit Yang Menimpa Perempuan Yang Membuka Aurat (Hikmah Di Balik Perintah Menutup Aurat)*~

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menyebutkan dua golongan yang diancam nereka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan satu golongan di antara mereka dengan sabda beliau :

” …Dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang (karena pakaiannya tipis dan tembus pandang), menyimpang (dari kehormatannya) dan mengajak wanita lain untuk berbuat seperti dirinya, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapati aromanya, padahal aromanya bisa didapat dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
“Tidak diterima shalat seorang perempuan yang sudah haidh (maksudnya sudah baligh) kecuali dengan memakai khimar (kerudung yang menutup kepala).” (HR. Hadits shahih, diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Maka kedua hadits di atas menunjukkan wajibnya seorang wanita muslimah untuk menutup auratnya, dan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengancam para wanita membuka auratnya dengan ancaman neraka. Dan sebagaimana sudah kita ketahui bersama, bahwasanya tidak syari’at ini memerintahkan sesuatu kecuali di sana ada maslahat, dan tidaklah melarang dari sesuatu kecuali karena di sana ada mafsadat (bahaya).

Berikut ini hasil penelitian ilmuwan modern seputar masalah ini:
Penelitian ilmiah modern telah membuktikan bahwa pamer aurat dan “buka-bukaan” yang dilakukan para perempuan mendatangkan musibah kepada diri mereka, yang mana data statistik saat ini menunjukkan bahwa terjadi penyebaran penyakit kanker ganas pada bagian tubuh perempuan yang terbuka, terutama pada perempuan yang memakai pakaian pendek.
Telah diterbitkan dalam British Medical Journal, bahwa kanker ganas melanoma, yang dahulu merupakan salah satu jenis kanker yang paling langka, sekarang jumlahnya meningkat. Dan bahwasanya jumlah terjangkitnya penyakit tersebut pada anak perempuan di usia belia sekarang meningkat, yang mana mereka terjangkit penyakit tersebut di kaki-kaki mereka. Dan bahwa sebab utama tersebarnya kanker ganas ini adalah tersebarnya seragam pendek, yang mana hal itu menjadikan tubuh mereka terkena paparan sinar matahari dalam waktu yang lama sepanjang tahun dan bahwasanya kaus kaki yang transparan atau nilon tidak bermanfaat untuk mencegahnya.

Majalah tersebut mengajak para dokter untuk berpartisipasi dalam pengumpulan informasi tentang penyakit ini, seolah-olah hal ini hampir-hampir menjadi sebuah wabah. Sesungguhnya hal tersebut mengingatkan kita pada firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:
” Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata:”Ya Allah, jika betul (al-Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”(QS. Al-Anfaal: 32)
Dan adzab yang pediah atau sebagiannya telah menimpa mereka dalam bentuk kanker ganas, yang merupakan jenis kanker paling berbahaya. Dan penyakit ini adalah buah dari terkenanya tubuh seseorang oleh sinar matahari dan radiasi ultraviolet dalam waktu yang lama. Dan itulah hal yang dihasilkan dari pakaian pendek atau pakaian renang di tepi pantai.
Dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa ia mengenai seluruh badan dan dengan kadar yang berbeda-beda. Pertama ia muncul seperti bercak hitam kecil, dan terkadang sangat kecil. Dan kebanyakan hal itu terjadi di mata kaki atau betis, dan kadang-kadang di daerah mata, kemudian mulai tersebar di semua tempat dan arah (dalam tubuh), padahal bersamaan dengan itu ia juga bertambah dan tumbuh di tempat pertama kali muncul. Lalu ia menyerang kelenjar getah bening di pangkal paha dan darah dan akhirnya menetap di hati (liver) dan menghancurkannya.
Dan terkadang ia menetap di semua anggota badan, di antaranya tulang dan bagian dalam tubuh, termasuk ginjal. Dan bisa jadi serangan terhadap ginjal diikuti dengan air kencing yang berwarna hitam, sebagai akibat terserangnya ginjal oleh kanker ganas.
Dan terkadang ia akan menular ke janin di dalam rahim ibu, dan penyakit ini tidak memberikan waktu yang lama kepada pengidapnya, sebagaimana juga pengobatan dengan operasi tidak memberikan jaminan untuk bertahan hidup (selamat) sebagaimana jenis-jenis kanker yang lain, di mana jenis kanker ini tidak bisa diobati dengan penyinaran. Dari sini nampak terlihat hikmah hukum Islam yang memerintahkan wanita untuk memakai pakaian yang menutup seluruh tubuhnya, dengan pakaian yang longgar, tidak sempit, dan tidak tipis, dengan dibolehkannya membuka wajah dan telapak tangan (menurut salah satu pendapat ulama,red).
Maka telah menjadi jelaslah bahwa pakaian kesucian dan kehormatan diri, adalah perlindungan terbaik dari siksaan dunia, yang terwujud dalam penyakit ini, dan lebih-lebih dari adzab/siksa akhirat. Kemudian, apakah setelah dukungan ilmu pengetahuan modern terhadap apa yang telah ditetapkan oleh syari’at yang bijaksana masih ada argument/dalih untuk membolehkan para wanita bersolek dan memamerkan auratnya??!!

(Source:http://quran.maktoob.com/vb/quran524/ Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)

Copyright @ 2013 alislami.